dc.description.abstract |
Kekeringan merupakan bencana alam yang menduduki peringkat pertama dalam hal jumlah orang yang terkena dampak dan frekuensi serta durasinya telah meningkat hampir sepertiga sejak tahun 2000. Terjadinya kekeringan diperburuk oleh adanya perubahan iklim yang menyebabkan sering terjadinya kekeringan dan kekurangan air di berbagai benua dunia, termasuk Indonesia. Pulau Jawa merupakan pulau terpadat di Indonesia dan penghasil beras terbesar ketiga di dunia. Kekeringan yang terjadi di Pulau Jawa dapat mengganggu produksi pangan di Indonesia. Oleh karena itu,
penting untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kekeringan untuk mengurangi dampak negatif dari kekeringan, seperti contohnya yaitu pembuatan peta kekeringan. Analisis kekeringan di Pulau Jawa dihitung menggunakan metode SPI dengan input curah hujan satelit dari GPM. Kekeringan dianalisis di Pulau Jawa selama 20 tahun terakhir menggunakan data curah hujan GPM. SPI di Pulau Jawa dihitung dalam 4 rentang waktu (3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, dan 12 bulan). SPI yang dipilih
untuk analisis lebih lanjut adalah SPI-3, karena umumnya digunakan untuk analisis kekeringan meteorologis. Setelah melakukan kuantifikasi SPI di Pulau Jawa, dilakukan juga perhitungan intensitas dan frekuensi kekeringan di Pulau Jawa berdasarkan hasil SPI tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Timur tergolong dalam tingkat keparahan kekeringan yang sangat tinggi dan merupakan provinsi dengan intensitas dan frekuensi kekeringan tertinggi, dengan
intensitas kekeringan tertinggi 1.07 dan frekuensi kekeringan tertinggi 23 kali selama 20 tahun terakhir. Investigasi lebih lanjut terhadap SPI-3 di empat kota pada Provinsi Jawa Timur juga dilakukan untuk memvalidasi hasil analisis kekeringan, dengan membandingkannya dengan catatan sejarah kekeringan. |
en_US |