Abstract:
Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki dampak besar terhadap perkembangan ekonomi
negara terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Ada lima (5) karakteristik yang membuat UKM menjadi penting di Indonesia (Tambunan, 2009). Pertama, UKM di Indonesia dikelola oleh penduduk lokal sebagai pemilik bisnis dan melibatkan jutaan tenaga kerja di Indonesia. Kedua, Sebagian besar UKM di Indonesia bergerak di bidang pertanian dan penting untuk pembangunan ekonomi pedesaan. Ketiga, banyak orang muda dan orang-orang yang kurang berpendidikan terlibat dalam bisnis semacam ini. Keempat, modal yang digunakan oleh UKM di Indonesia berasal dari tabungan pribadi. Kelima, target pasar untuk UKM di Indonesia adalah segmen berpenghasilan rendah di pasar domestik dan mereka memproduksi barang-barang konsumen yang sederhana.
Usaha mikro merupakan usaha yang paling banyak jumlahnya di Indonesia, yaitu sekitar
98,7% dari total jumlah usaha yang ada di Indonesia pada tahun 2016 dan 2017
(http://www.depkop.go.id/data-umkm). Lebih lanjut, menurut Tambunan (2008) masalah umum yang ditemukan di UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah sebagai berikut: (1) Kurangnya modal kerja, (2) Kesulitan pemasaran, (3) Terbatasnya akses ke sumber daya keuangan, (4) Kurangnya keterampilan dan manajemen teknologi, (5) Rendahnya produktivitas, (6) Terbatasnya akses ke sumber daya seperti teknologi, informasi, dan pasar, (7) Rendahnya kualitas manajemen, (8) Kurangnya jaringan bisnis (Tambunan, 2008). Melihat banyaknya masalah yang dihadapi oleh usaha mikro ini, maka tim kami tertarik untuk memberikan pelatihan kepada para pemilik usaha mikro.
Target yang ingin dicapai adalah meningkatnya kemampuan para pengusaha mikro, agar
mereka mampu memperbaiki strategi bisnis dan manajemen usahanya, meningkatkan penjualan dan laba perusahaannya secara berkelanjutan, sehingga pada akhirnya dalam jangka panjang mereka mampu mengembangkan dan meningkatkan skala (ukuran) perusahaannya. Secara khusus, pelatihan ini memberikan pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan usaha mikro dalam membuat Rencana Bisnis menggunakan Kanvas Model Bisnis (Business Model Canvas/BMC), Laporan Laba/Rugi, Harga Pokok Produksi (HPP), Rencana Pemasaran, dan Pentingnya Hak Atas Merek (agar para usaha mikro ini memiliki merek yang terdaftar).
Metode yang dipakai yaitu para peserta diberi pelatihan dan materi pelatihan. Kemudian
peserta diminta membuat Rencana Bisnis, HPP, Laporan Laba/Rugi, dan Rencana Pemasaran produk perusahaan mereka. Hasilnya kemudian dievaluasi dan diberi masukan oleh para pelatih secara personal. Selanjutnya para peserta diminta memperbaiki kembali rencananya, apabila dianggap kurang tepat. Para peserta dapat melakukan konsultasi secara pribadi dengan para pelatih masing-masing menggunakan email. Akhirnya para peserta diminta melaksanakan semua rencana yang telah mereka buat tersebut.
Awalnya pelatihan untuk Angkatan kedua (ada 20 peserta) dilaksanakan secara luring (tatap muka langsung) di Gereja Baptis Pertama di jalan Wastukencana nomor 40 Bandung dan hanya untuk jemaat Gereja Baptis yang tinggal di Kota bandung saja, namun karena adanya pandemi covid-19 dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), maka untuk Angkatan ketiga (ada 16 peserta) dan Angkatan keempat (ada 30 peserta) dilaksanakan secara daring (online). Kelebihan pelatihan secara tatap muka langsung adalah kemudahan dalam berkomunikasi dan berinteraksi, serta melakukan diskusi dan tanya-jawab. Kelemahan pelatihan secara daring, adalah kesulitan dalam berkomunikasi dengan peserta, dikarenakan kerapkali terjadi gangguan dalam koneksi internet dan sinyal yang buruk dari para peserta pelatihan, terutama karena dilaksanakan pada musim hujan. Selain memiliki kelemahan, pelatihan secara daring memiliki kelebihan yaitu dapat menjangkau peserta yang lebih banyak dan bukan hanya dari Kota Bandung saja. Untuk ke depannya kami merencanakan akan melakukan pelatihan secara daring, dan menjangkau lebih banyak lagi peserta dari berbagai daerah di Indonesia.