Abstract:
Munculnya beberapa peraturan untuk melakukan karantina serta social distancing dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan oleh pemerintah, serta bahaya penularan lokal lainnya, umat Katolik tidak punya banyak pilihan selain menghadiri Ekaristi melalui media digital. Pandemi COVID-19 dan munculnya telepresence atau kehadiran jarak jauh beserta dengan berubahnya teknologi komunikasi informasi secara radikal menantang teologi sakramen Gereja Katolik Roma yang memandang tubuh fisik sebagai hal yang esensial untuk menerima Kristus dalam sakramen, khususnya dalam Ekaristi. Dalam hal ini kehadiran Kristus dalam Ekaristi harus dilihat sebagai sebuah totalitas. Oleh karena itu, Gereja perlu benar- benar memahami sifat budaya digital saat ini untuk menanggapi kebutuhan zaman dan lebih responsif terhadap pandemi dan tantangan masa depan yang ditimbulkan oleh budaya digital.