Abstract:
Pasar Sae Sarijadi merupakan pasar yang dijadikan percontohan untuk revitalisasi pasar di
Kota Bandung. Pasar yang diresmikan pada tahun 2017 ini berdiri di atas lahan seluas 3500 m2
dan luas bangunan 5.200 m2. Pasar Sae Sarijadi dibangun dengan 4 lantai yang terdiri dari 169
unit ruang dagang dengan berbagai fasilitas tambahan, antara lain cafe, food court, dan pusat
pelatihan. Pasca revitalisasi, aktivitas yang ada di Pasar Sae Sarijadi terus menurun. Hanya 13
dari 169 kios yang terisi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengurai masalah penurunan aktivitas Pasar Sae Sarijadi
melalui aspek Feng Shui. Feng Shui merupakan salah satu ilmu paradigma baru yang umum di
masyarakat Indonesia. Feng Shui juga dipercaya dapat membawa keberuntungan dan kesuksesan
yang cocok dengan fungsi pasar.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analisis dengan pendekatan kualitatif dan
menganalisis menurut kaidah-kaidah Feng Shui Bentuk dan Lima Elemen. Teori ini merupakan
teori yang umum digunakan di masyarakat Indonesia. Penurunan aktivitas yang terjadi pasca
revitalisasi menjadikan bentuk fisik pasar merupakan permasalahan utama. Feng Shui Bentuk dan
Lima Elemen menganalisa energi berdasarkan bentuk fisik bangunan sehingga cocok untuk
mengurai permasalahan yang terjadi di Pasar Sae Sarijadi.
Kesimpulan yang diperoleh menurut kajian Feng Shui Bentuk adalah energi yang
dibutuhkan pasar, cafe, dan food court berbeda sehingga menimbulkan bentrok energi. Elemenelemen
interior pasar juga masih banyak yang membawa energi kurang baik pada pengunjung
pasar. Menurut teori Lima Elemen, kombinasi elemen yang ada di Pasar Sae Sarijadi sudah
harmonis namun masih banyak yang belum seimbang di beberapa sektor. Keharmonisan ini masih
belum cukup karena suasana yang dirasakan pada Pasar Sae Sarijadi masih belum nyaman.
