Abstract:
Permukiman padat merupakan suatu kawasan yang biasa ditemukan di berbagai kota di Indonesia. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses yang mengakibatkan perubahan, baik perubahan pada ekonomi maupun perubahan fisik. Kota Bandung sebagai salah satu kota di Indonesia terbentuk semenjak hadirnya Belanda. Ketidak aturan yang terjadi pada permukiman informal salah satunya path (koridor/gang-gang) sempit bercabang membelah permukiman padat bangunan, salah satu yang diambil menjadi penelitian, kesulitan dalam memasuki kawasan permukiman buat individu yang baru pertama kali mengunakan path/ jalan/ gang permukiman. Jalan sempit bercabang membelah permukiman padat bangunan. Hal ini yang membuat kesulitan individu menentukan posisinya berorientasi, dan wayfinding, individu tidak dapat memahami jalan kawasan permukiman. Orang berjalan kaki memasuki kawasan lingkungan dengan jalur pedestrian, oleh karena itu fenomena ini (ketersesatan) dalam memasuki permukiman kampung kota (Babakan Ciamis, Braga, dan Pangarang) menarik dan perlu di teliti. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang mampu mendukung citra permukiman dan pemahaman keterkaitan wayfinding, membatu dalam memberi posisi atau berorientasi kepada individu yang berada didalam kawasan. Kemudian teori Signage digunakan untuk memberi informasi arah dan kawasan. Makna sebuah tanda atau dapat memposisikan diri dalam kawasan yang belum diketahui oleh setiap individu dapat berarti untuk dapat menetukan jalan yang dipilih dan tidak menimbulkan keresahan tersesat.