Abstract:
Globalisasi adalah proses menyatu secara dunia, yang terjadi akibat pertukaran pandangan, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan. Hal ini membuat ketergantungan (interdependensi), terutama pada aktivitas ekonomi dan budaya. Fenomena globalisasi memiliki dampak tekanan-tekanan pada kebudayaan, termasuk pada bentuk arsitektur. Hal ini dapat terlihat dengan terkikisnya jati diri bangsa, yang terekpresikan pada disain bangunan-bangunan berbentuk serupa di kota-kota besar. Pengaruh globalisasi dalam arsitektur berdampak pula terhadap desa-desa dan kampung-kampung tradisional di Indonesia, terutama dengan dibukanya desa tradisional menjadi desa wisata. Hal ini menimbulkan permasalah baru dengan terjadinya perubahan yang berdampak pada pola tatanan massa-ruang pemukiman desa atau kampung. Dampak positif dari desa tradisional tersebut, adalah dengan mempertahankan jati diri budayanya terhadap efek globalisasi. Hal ini dapat terlihat pada desa tradisional Bali Aga Penglipuran, Pengotan dan Tenganan Pegringsingan yang merupakan desa tradisional wisata yang masih mempertahankan tradisinya di tengah era globalisasi. Tujuan dari Penelitian ini diharapkan dapat menggali persistensi kegiatan tradisi dalam membentuk pola massa-ruang arsitektur masyarakat Bali Aga di desa Penglipuran, desa Pengotan dan desa Tenganan Pegringsingan. Teori Anatomi Arsitektur dan teori Prinsip Penataan (Ordering Principles) Purnama Salura (2018) digunakan untuk menganalisis objek studi tersebut, melalui .metode pengambilan data yang dilakukan secara purposive dan cross section, dengan langkah-langkah: memilih bangunan yang masih bertahan, pengambilan foto, video, drone, serta wawancara secara langsung di lapangan.dan menganalisa secara kualitatif, dekristif dan interpretatif. sesuai tujuan penelitian. Hasil Penelitian ketiga objek studi Desa Penglipuran, Desa Pengotan dan Desa Tenganan Pegringsingan yang merupakan Desa tradisional Bali Aga membuktikan persistensi kegiatan tradisi mempengaruhi pola massa-ruang, semakin kuat konsep tradisi maka pola tatanan desa tradisional tetap bisa bertahan. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan studi mengenai persistensi kegiatan tradisi dalam pola massa-ruang masyarakat desa Bali Aga bagi pemerintah daerah, akademisi, arsitek dan masyarakat luas.