Abstract:
Salah satu keunikan kota Cirebon yaitu wilayahnya memiliki tiga keraton sekaligus. Terbentuknya keraton-keraton di Cirebon tidak lepas dari pengaruh sejarah dan budaya yang ikut berperan besar dalam membentuk tatanan bangunan dan sistem pemerintahannya yang terwujud pada Baluwarti keraton yang memiliki konsep – konsep tertentu dalam pengaturan dan penempatan massa bangunannya.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengupas konsep-konsep yang mendasari Baluwarti keraton-keraton di Cirebon, dengan menelaah aturan landasan kepercayaan keraton yang dipakai untuk mengatur perletakkan massa bangunan keraton. Penelitian ini menekankan pada kasus keraton Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan di kota Cirebon beserta keseluruhan bangunan-bangunan yang berada di dalam komplek keraton.
Teori yang diterapkan pada kajian ini merujuk pada teori arsitektur arsitektur, diantaranya (1) Teori anatomi arsitektur (2) Konsep Properti-komposisi serta teori landasan kepercayaan aturan keraton yakni, (1) Catur Gatra Tunggal, (2) Tritangtu dan (3) Tata ruang kerajaan Jawa yang sejalan dengan sejarah perkembangan ketiga keraton Cirebon. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, analitik dan induktif yang dapat digunakan dalam melakukan telaah dan penelusuran mendalam terhadap objek sebagai kasus studi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa konsep-konsep yang mendasari Baluwarti yang diterapkan pada ketiga keraton di Cirebon merupakan gabungan konsep yang terdiri dari kosmologi Jawa sebagai orientasi bangunan, kosmologi Sunda sebagai tipe tanah tempat berdirinya bangunan dan Mahameru sebagai posisi bangunan.
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap masyarakat, sejarah, budaya dan lokalitas pada arsitektur Keraton untuk selalu dilestarikan serta dapat memberikan sumbangan untuk proses pembelajaran mengenai konsep-konsep yang diterapkan dalam keraton-keraton Cirebon dan kasus studi serupa lainnya sebagai sebuah pedoman mengenai Baluwarti pada keraton.