Abstract:
Arsitektur dibentuk dari konsep atau ide yang melatar belakanginya. Aspek alam (nature)
dan budaya (culture) terlihat nyata dalam mempengaruhi perkembangan bentuk arsitektur.
Simplifikasi dan generalisasi adalah salah satu paradigma yang digunakan dalam
merancang arsitektur, sehingga bentuk arsitektur cenderung menjadi seragam di belahan
dunia. Bangunan bertingkat tinggi sebagai produk asrsitektur memiliki peranan penting
dalam menciptakan karakter kota (urban identity), karena sifatnya yang gegantic.
Arsitektur bangunan bertingkat tinggi mempunyai kompleksitas dalam memasukan unsur
lokalitas seperti budaya atau adaptasi iklim. Fenomena yang terjadi pada bentuk bangunan
bertingkat tinggi adalah belum terpenuhinya performa keberterimaan ekspresi yang
mengadaptasi iklim (klimatik) sekaligus budaya (kultural) setempat.
Judul penelitian ini adalah Dinamika Performa Keberterimaan Ekspresi Kultural dan
Klimatik Pelingkup Bangunan bertingkat tinggi. Studi Kasus penelitian ini adalah Menara
Phinisi, Gedung Intiland Jakarta, Gedung Intiland Surabaya, Gedung South Quarter.
Tujuan penelitian adalah mengungkap dinamika performa ekspresi kultural dan klimatik
pada pelingkup bangunan bertingkat tinggi. Klimatik adalah segala sesuatu yang terkait
dengan iklim yang memberi pengaruh pada bentuk arsitektur, sedangkan kultural adalah
segala sesuatu berupa fisik dan non fisik yang dibentuk melalui unsur lokalitas yang
diyakini dan menjadi simbol serta identitas masyarakat setempat. Metode
menginterpretasikan atau membaca ekspresi kultural dan klimatik dan mengungkap relasi
Fungsi-Bentuk-Makna dalam dinamika performa keberterimaan ekspresi klimatik dan
kultural pada pelingkup bangunan bertingkat tinggi menjadi kebaruan dalam penelitian
disertasi ini.
Regionalisme dalam Postmodern adalah paham yang belatarbelakangi penelitian ini
dan beberapa teori digunakan untuk menjelaskan dinamika ekspresi klimatik dan kultural
pada bangunan bertingkat tinggi yaitu teori ekspresi, place identity, tropical design, prinsip
pengorganisasin persepsi gestalt, semiotik, dan relasi F-B-M. Metode yang digunakan
adalah kategorisasi, interpretatif, simulasi software (Trnsys) melalui penggambaran ulang
dan analisis statistik untuk menganalisis data hasil responden.
Hasil penelitian ini adalah metode interpretasi ekspresi dan konsep teori relasi
Fungsi-Bentuk-Makna dalam dinamika performa keberterimaan ekspresi klimatik dan
kultural pelingkup bangunan bertingkat tinggi. Kontribusi ditataran pratik adalah dapat
memberikan panduan perancangan yang memasukan unsur klimatik dan kultural pada
pelingkup bangunan bertingkat tinggi. Penelitian ini juga menghasilkan 2 (dua) kategori
ekspresi kultural yaitu; Perhatian desain pada konteks kesejarahan dan Perhatian desain
pada konteks tradisi dan 2 (dua) kategori ekspresi klimatik yaitu; konfigurasi bentuk
pelingkup dan perubahan geometri antar lantai.