Abstract:
Penelitian tentang konsep ketahanan hunian pada permukiman pasca bencana masih sangat terbatas. Beberapa studi terdahulu lebih bannyak memberikan fokus pada kebijakan, perencanaan, teknologi, dan pelaksanaan pembangunan pada fase tanggap darurat. Kenyataan bahwa penyediaan hunian pascabencana yang dibuat massal dan bentuk tipikal menimbulkan persoalan dalam memahami kebutuhan penghuninya, sehingga memasuki masa pascahuni terjadi perubahan fisik hunian sebagai proses penyesuaian. Penelitian ini bertujuan memahami konsep ketahanan hunian dalam kaitannya bukan saja dalam perubahan fisik hunian namun juga aktifitas sosial yang dikaitkan dengan konteks teritori pada permukiman pascabencana, baik pada tingkat meso dan mikro. Metode yang digunakan memakai pendekatan kualitatif eksplanatori untuk memahami perubahan dari dua aspek fisik dan sosial secara bersamaan. Dengan menggabungkan pendekatan Tierney dan Mayunga dari keilmuan sosial dengan pendekatan Habraken dari sisi kelimuan arsitektur. Penelitian ini menemukan bahwa konsep ketahanan hunian pascabencana tidak cukup hanya memperhatikan pada modal fisik, namun penyadaran peran modal sosial bagi pemangku kepentingan ternyata menentukan tingkat ketahanan hunian dan berperan serta pada keberlanjutan hunian (sustainability).