Abstract:
Masalah mendasar dalam dunia pendidikan adalah bahwa bersama dengan laju kemoderenan, sebagaian besar kurikulum didominasi oleh penalaran teknis dan keterampilan praktis, oleh bahasa deskriptif dan logika dogmatis. Alhasil, pada hakikatnya sekolah menjadi tak lebih dari balai pelatihan pertukangan belaka, semisal “tukang insinyur”, “tukang hokum”, “tukang ekonomi”, dst.). Pendidikan hanya melatih manusia sebagai calon pekerja, bukan manusia sebagai manusia. Untuk yang terakhir itu, yang dibutuhkan adalah apresiasi konkret atas dunia seni, yang selama ini umumnya dianggap tidak penting ; yaitu apresiasi atas pentingnya logika-rasa, bahasa hati, kompleksitas pengalaman dan kreativitas imajinasi – aspek-aspek dunia seni yang mendasar namun jarang diperhatikan. Orang sering lupa bahwa inti pendidikan yang menumbuhkan kualitas kemanusiaan sebenarnya adalah pendidikan hati: ‘The heart of education is the education of heart’. Di situlah persisnya peran seni sebagai kemampuan bernalar yang mengasah humanity. Sementara itu sisi seni sebagai skill tentu tetap penting. Fenomena berkembangnya “integrated arts” di dunia seni muncul sebagai kajian seni yang memadukan berbagai bidang seni dan kemampuan nalar seni yang teoretik-filosofis. Pada gilirannya keduanya akan menghasilkan praktisi seni atau intelektualis. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk mengkajinya melalui pendekatan yang multidisiplin dan kemungkinan mengakomodasi hasil kajiannya sebagai bentuk alternatif dari pendidikan seni.