Abstract:
Desa merupakan basis tulang punggung ekonomi di masa yang akan datang. Obyek yang diteliti adalah usaha mikro agrowisata yang dimiliki para petani bunga di desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Tujuan utama penelitian ini adalah memberikan masukan kepada para petani mengenai pemasaran output agrowisata dan tata kelola SDM berupa peningkatan kinerja petani yang memasukkan kualitas layanan dari konsumen ke dalam tahap perencanaan kinerja. Tujuan tambahan penelitian ini adalah memberikan masukan pada Pemda setempat mengenai pentingnya infrastruktur yang mendukung agrowisata serta meningkatkan penjualan produk dan jasa melalui bauran pemasaran. Metode penelitian yang digunakan adalah mixed-method. Penelitian kuantitatif berupa penyebaran angket yang diolah dengan analisis konfirmatori AMOS dan Importance Performance Analysis (IPA), dilengkapi dengan penelitian kualitatif berupa in-depth interview dan observasi. Assurance mempengaruhi kepuasan pegawai, dimana keempat atributnya dianggap penting tapi kinerja tidak terlalu baik sehingga memerlukan perbaikan. Model yang dihasilkan menggunakan pendekatan Demming Cycle (Plan-Do-Check-Action). Walau usaha mikro yang dimiliki para petani Cihideung merupakan organisasi informal karena tidak memiliki struktur organisasi, tetapi petani tetap melakukan tahapan plan, do, check dan action. Tahap perencanaan berisi bentuk rencana pilih varietas apa, menggunakan beberapa data membuat keputusan dari pengalaman masa lalu, pembagian kerja dan kerjasama, indikator kinerja tanaman terjual ditambahkan dengan indikator kualitas layanan ke dalam tahap perencanan. Tahap pelaksanaan terdiri dari proses pelaksanaan dan pemantauan, aktor terdiri dari petani dan buruh lepas, periode kerja tergantung usia layak jual, tempat kerja di lahan dan etalase, dan perlunya dokumentasi. Dalam tahap cek, petani menilai kinerja sendiri dan buruh lepas berdasarkan kualitas dan kuantitas hasil panen dengan memperhatikan faktor-faktor yang menghambat maupun mendukung hasil panen. Dalam tahap action, penentuan kompensasi didasarkan pada target pencapaian. Kemudian ada revisi perencanaan dan koreksi pelaksanaan untuk perbaikan tahap budidaya, peningkatan on the job training petani terhadap buruh lepas, peningkatan promosi melalui social media, switch strategy, sharing knowledge dan peningkatan kerjasama.