Abstract:
Tata ruang arsitektur kota sungai umumnya terbentuk mengikuti konteks sungainya,dan menjadi struktur ruang perkotaannya. Sejak awal embrio kota konteks sungai berpengaruh membentuk nilai-nilai kehidupan sosial budaya dan fisik spasial kota yang berciri khas lokal. Hingga era sekarang dinamika perkembangan telah menyebabkan kota sungai mengalami perubahan dan bertransformasi. Fenomena dinamika perkembangan kota-kota sungai di Negara kita pada era Reformasi sekarang, cenderung mengalami percepatan pembangunan.
Dampaknya patut mengkuatirkan, karena tidak selalu sinergi terhadap konteks fisik spasial lingkungan sungai
maupun kehidupan sosial budaya lokalnya. Timbul kecenderungan kota-kota sungai Negara kita kurang spesifik
menggali prospek lingkungan dan arsitektur tepi airnya yang berkonteks lokal. Kebijakan tata ruang pembangunan kota sungai umumnya, dalam semangat Otonomi Daerah sekarang cenderung mengikuti trend membentuk
arsitektur kota universal dari kebijakan peraturan terpusat (superimposed); dan pembangunan berbasis darat yang tidak ekosistem atau memarjinalkan ruang air tepi sungai menjadi lingkungan padat kota; serta berdampak
menjauhkan kehidupan sosial kota dari kultural lokal. Kenyataan kini kota-kota sungai kita menghadapi 3
permasalahan tata ruang kota, yaitu: pertama Pembangunan arsitektur kota sungai cenderung kurang memperhatikan konteks lingkungan air; kedua Kepadatan ruang pusat kota khususnya cenderung mengganggu
DAS (daerah aliran sungai); ketiga .Ancaman kebanjiran, karena drainase kota cenderung tidak tersistem baik dan adanya pengaruh peningkatan muka air sungai akibat curah hujan tinggi yang tidak terserap lagi oleh hutan di hulu sungai maupun adanya peningkatan pasang muka laut (rob). Fenomena demikian terjadi pula pada kota-kota sungai di Kalimantan. Kota-kota sungai Kalimantan banyak dikenal sebagai kota air, karena memiliki sungai yang besar sebagai struktur ruang kotanya dan kebanyakan berada di daerah rendah, berawa-rawa atau mendapat pengaruh pasang surut (pasut) sungainya. Pembangunan kota-kota sungai kita selanjutnya sangat memerlukan evaluasi pembangunan dan acuan tata ruang berbasis kontekstual ekosistem lingkungan air. Untuk mengatasi permasalahan tersebut serta pengembangan pembangunan kota berbasis teknologi dan kearifan lokalnya, diperlukan masukan penelitian kota sungai yang menjadi salah satu naskah akademik. Manfaatnya dapat digunakan sebagai landasan bagi penyusunan sebuah pedoman (umum dan teknis) bagi penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung dan tata lingkungan binaan di kawasan tepi airnya. Penelitian ini bertujuan melakukan studi intensitas dan integritas perkembangan bentuk struktur tata ruang arsitektur kota-kota sungai akibat pengaruh transformasi lingkungan, guna mengurangi upaya adaptasi yang berlebihan, dan memberi dampak terhadap makin menghilangnya eksistensi (keberadaan) lingkungan binaan tepi air. Penelitian ini merupakan bagian dari substansi road map penelitian kota-kota air di Indonesia, dengan fokus kota-kota sungai di Kalimantan, yang menjadi ibu kota ke lima Propinsinya.
(KalimantanTengah,Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan); yang
dilakukan dalam 3 tahun penelitian. Target penelitian tahun 2016 ini di khususkan pada kota Tanjung Selor di
Kalimantan Utara dan Kota Samarinda di Kalimantan Timur. Lokasi penelitian ini dipilih pada kawasan sentra
kekuasaan dan kegiatan kota yang berpengaruh signifikan pada akumulasi perkembangan tata ruang kota, seperti:
struktur dan pola ruang kota pada tepian sungai yang berdampak pada kelangsungan peran lingkungan sungai
maupun kehidupan air masyarakatnya. Lingkup penelitian kualitatif ini mengkaji arsitektur kota dan perkembangan transformasi tata ruang kota dengan metoda konstruktivis-interpretatif; melalui pendekatan tissue dengan analisis diakronik-sinkronik, pendekatan arsitektur dan pendekatan ekologi. Variable penelitian ini mencakup aspek figureground (bentuk struktur kota dan urban solid void, pertumbuhan dan susunan kota), linkage (sistem pergerakan kawasan), place (nilai-nilai sosio-budaya terhadap tatanan ruang arsitektur hijau yang mempertahankan eksistensi kota air).Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan wawasan keilmuan arsitektur kota tepi air di Indonesia. Memberi manfaat langsung sebagai informasi naskah akademik bagi penyusunan program pengembangan pembangunan untuk Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) kota khususnya kedua kota tersebut.