dc.description.abstract |
Topik pemanasan global terus mendapat perhatian dunia. Suhu bumi semakin meningkat dengan bertambahnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar dan deforestasi. Salah satu subsektor industri penghasil emisi GRK adalah perkebunan kelapa sawit. Industri tersebut cenderung melakukan deforestasi untuk memperluas lahan dan seringkali melakukan praktik pengeringan lahan gambut sehingga rawan terbakar. Apabila terbakar, lahan gambut akan melepaskan emisi karbon dalam jumlah sangat besar.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban dan transparansi atas emisi karbon yang dihasilkan dan upaya pengurangannya, perusahaan dapat mengungkapkan kinerja terkait emisi karbon dalam laporan keberlanjutan. Standar yang dapat digunakan sebagai pedoman adalah carbon disclosure checklist, SASB, GHG Protocol Corporate Standards, POJK No. 51/POJK.03/2017, dan standar GRI. Standar GRI paling sering digunakan dalam menyusun laporan keberlanjutan. Standar GRI 305 mengenai emisi mencakup emisi GRK, zat perusak ozon (ODS), serta nitrogen oksida (NOx), sulfur oksida (SOx), dan emisi udara signifikan lainnya.
Penelitian dilakukan dengan teknik content analysis, dilanjutkan dengan penilaian kinerja emisi karbon dan kesesuaian pengungkapannya berdasarkan standar GRI. Penilaian kinerja emisi karbon dilakukan menggunakan analisis tren, analisis rasio, dan analisis perbandingan dengan industri. Sementara, kesesuaian pengungkapan emisi karbon berdasarkan standar GRI dinilai dengan membandingkan antara pengungkapan yang dibuat dan persyaratan standar GRI 305. Objek penelitian merupakan laporan keberlanjutan 2017-2019 dari perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terdaftar di BEI. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk, PT Eagle High Plantations Tbk, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk, PT Salim Ivomas Pratama Tbk, dan PT Smart Tbk.
Hasil penelitian menunjukkan perusahaan telah membuat pengungkapan intensitas dan pengurangan emisi GRK dan emisi udara signfikan lainnya dengan cukup baik. Melalui pengungkapan tersebut, secara keseluruhan kinerja emisi karbon perusahaan perkebunan kelapa sawit melalui berbagai upaya penanggulangan dinilai cukup baik. Perusahaan-perusahaan tersebut berhasil mengurangi angka emisi GRK cakupan 1 dan 2, tetapi belum mampu mengurangi emisi GRK cakupan 3 yang meningkat pada 2019. Adapun jumlah emisi GRK perusahaan perkebunan kelapa sawit tidak melebihi jumlah emisi GRK industrinya. Berdasarkan analisis rasio, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk meraih kinerja terbaik dalam emisi karbon selama 2017-2019, sedangkan perusahaan lainnya masih harus menurunkan intensitas emisi GRK. Kesesuaian pengungkapan emisi karbon yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut menunjukkan skor rata-rata tahunan cukup tinggi. Skor rata-rata tertinggi pada 2017 diperoleh PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (64,29%), sedangkan pada 2018-2019 diraih PT Smart Tbk (79,05%). Adapun rata-rata terendah diperoleh PT Astra Agro Lestari Tbk secara berturut-turut pada 2017 (20,00%) dan 2018 (34,29%), dan PT Eagle High Plantations Tbk (30,48%) pada 2019. |
en_US |