dc.description.abstract |
Pemilihan umum (PEMILU) di Indonesia diadakan pertama kali pada tahun 1955. PEMILU
pertama kali ini merupakan pemilihan secara tak langsung, yaitu presiden ditentukan oleh
partai politik pemenang PEMILU. PEMILU secara langsung di Indonesia diadakan pertama
kali pada tahun 2004. Pada tahun 2019, Indonesia akan mengadakan pemilihan presiden
(pilpres) secara langsung yang keempat kalinya. Pilpres 2014 dan pilpres 2019 mengusung
dua calon presiden yang sama, yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Pada pilpres 2014,
dua pasangan calon presiden-wakil presiden yang bertarung adalah Prabowo Subianto-Hatta
Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Pada pilpres 2019, dua pasangan calon presiden-wakil
presiden yang bertarung adalah Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga
Uno.
Penelitian sebelumnya telah membahas model dinamika penyebaran pemilih SIR untuk menaksir
banyaknya pemilih pada pilpres 2014 di Indonesia. Model ini melibatkan tiga kelas pemilih; kelas
pemilih yang belum menentukan pilihan (S), kelas pemilih yang condong pada calon tertentu (I), dan
kelas pemilih yang apatis/tidak peduli terhadap pilpres (R). Dari model ini diperoleh dua titik
kesetimbangan, yaitu titik kesetimbangan yang tidak condong pada calon presiden tertentu (titik
kesetimbangan pertama) dan titik kesetimbangan yang condong pada calon presiden tertentu (titik
kesetimbangan kedua). Kestabilan dari titik kesetimbangan ini dipengaruhi oleh bilangan reproduksi
dasar. Untuk bilangan reproduksi dasar kurang dari satu, titik kesetimbangan pertama akan stabil
asimtotik lokal, sedangkan titik kesetimbangan kedua akan stabil asimtotik lokal jika bilangan
reproduksi dasar lebih dari satu. Dari hasil simulasi numerik berdasarkan data pilpres 2014, dapat
dilihat bahwa untuk semua skenario laju kebosanan terhadap calon presiden, banyaknya pemilih untuk
pasangan Jokowi-Kalla selalu lebih besar daripada pasangan Prabowo-Hatta. Dapat dilihat juga
bahwa ketika laju kebosanan diantara populasi pemilih semakin tinggi, maka banyaknya pemilih yang
condong ke calon presiden tertentu akan menurun semakin cepat.
Popularitas calon presiden sangat dipengaruhi oleh media; media konvensional maupun
media sosial. Media sangat penting dalam membentuk opini masyarakat. Perkembangan yang
pesat pada teknologi media sosial memberikan warna lain dalam berkampanye bagi calon
presiden untuk mempopulerkan dirinya. Pada penelitian ini akan dibahas model dinamika
penyebaran pemilih dengan pengaruh media pada pilpres di Indonesia untuk dua pasangan
calon presiden-wakil presiden. Model yang dibentuk adalah model deterministik dengan
menggunakan pendekatan epidemiologi. Survey yang dilakukan oleh LITBANG KOMPAS
Halaman 4 dari 21
selama tahun 2012-2014 akan digunakan untuk menaksir nilai awal dan parameter dari
model. |
en_US |