Abstract:
Ekonomi Kreatif (Ekraf) adalah paradigma ekonomi baru yang mengandalkan gagasan, ide, atau kreativititas dari Sumber Daya Manusia sebagai faktor utama dalam kegiatan ekonominya. Pada tahun 2017, subsektor Ekonomi Kreatif yang memberikan kontribusi terbesar kedua adalah subsektor fesyen dengan kontribusi sebesar 18,15%. Ekspor Ekonomi Kreatif teratas pada tahun 2016 adalah sub-sektor Fesyen 54,54% (Ekonomi Kreatif Outlook, 2019). Dari data ini terlihat bahwa subsektor Fesyen memiliki peran yang penting dalam ekonomi kreatif serta memiliki kontribusi tertinggi dalam ekspor produk ekonomi kreatif. Busana muslim, yang termasuk ke dalam subsektor fesyen dari ekonomi kreatif, saat ini permintaannya sedang berkembang dengan pesat, karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.
Ibu Kota Jawa Barat, yaitu Kota Bandung, telah dinobatkan sebagai bagian dari Jaringan Kota Kreatif UNESCO. Hal ini ditandai dengan dilakukannya ‘Deklarasi Bandung sebagai Pusat Fesyen Muslim Dunia’ pada Oktober 2014. Saat ini produsen busana muslim di Kota Bandung terancam pertumbuhannya karena masuknya merek-merek ternama ke Kota Bandung dimana pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) busana muslim di Kota Bandung masih jauh tertinggal. Melihat ancaman tersebut, Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, menyatakan bahwa pemerintah Kota Bandung akan terus mengembangkan Ekonomi Kreatif Fesyen Busana Muslim di Bandung, hingga Bandung akan menjadi pusat fesyen muslim di dunia (https://ekonomi.kompas.com).
Produsen produk fesyen membutuhkan kreatifitas dan kemampuan inovasi produk yang tinggi. Inovasi produk meliputi pengenalan produk-produk baru, termasuk memodifikasi produk yang sudah ada sebelumnya (Nasution et al., 2011). Kualitas suatu produk memiliki peranan penting di dalam perusahaan karena dapat menciptakan kepercayaan konsumen (Nastiti, 2014). Kepercayaan konsumen pada produk yang dihasilkan perusahaan, dapat menimbulkan kepuasan dan menyebabkan konsumen melakukan pembelian ulang produk yang dihasilkan oleh perusahaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing perusahaan, khususnya produsen busana muslim yang ada di Kota Bandung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat inovasi produk dan kualitas produk yang dilakukan oleh produsen busana muslim di Bandung, serta hal-hal apa saja terkait inovasi produk dan kualitas produk yang masih perlu ditingkatkan agar mereka dapat meningkatkan daya saing usahanya. Pada penelitian ini, produsen busana muslim dibagi kedalam tiga kategori skala usaha yaitu usaha mikro, kecil, dan menengah berdasarkan besarnya nilai penjualan perusahaan.
Hasil studi literatur menghasilkan konsep inovasi produk dan kualitas produk, serta operasionalisasi variabel inovasi produk. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Pengambilan sampel menggunakan convenience sampling. Jumlah responden adalah sebanyak 100 perusahaan produsen busana muslim yang ada di Kota Bandung. Data yang terkumpul, mula-mula dibagi menjadi 3 kategori skala usaha, yaitu usaha mikro, kecil, dan menengah. Kemudian data dari masing-masing kelompok usaha diolah dan dihitung rata-rata setiap dimensi dan rata-rata keseluruhannya.
Rata-rata tingkat temuan hasil studi lapangan adalah semakin besar skala usaha semakin tinggi tingkat inovasi produknya; tingkat kualitas usaha kecil lebih tinggi daripada tingkat kualitas usaha mikro, namun tingkat kualitas usaha menengah lebih rendah dari tingkat kualitas usaha kecil